A.
ALAT UKUR TANAH
1.
ALAT UKUR SEDERHANA
1.1
Rol Meter/Meteran (Measuring Tape)
1.1.1
Pengertian Rol Meter/Meteran
Meteran,
sering disebut pita ukur atau tape karena umumnya tersaji dalam bentuk pita
dengan panjang tertentu. Sering juga disebut rol meter karena umumnya pita ukur
ini pada keadaan tidak dipakai atau disimpan dalam bentuk gulungan atau rol.
Ada 3 jenis meteran/pita
ukur yaitu:
1) Meteran
atau Pita Ukur Dari Kain (Metalic Cloth)
Gambar 1.1.1. Metalic Cloth
Meteran atau pita ukur ini terbuat
dari kain linen dan anyaman kawat halus yang terbuat dari tembaga atau
kuningan. Meteran ini mempunyai sifat sebagai berikut :
·
Fleksibel
·
Mudah rusak
·
Pemuaiannya besar
·
Tingkat ketelitiannya sangat rendah
2) Meteran
atau Pita Ukur Baja (Steel Tape)
Gambar
1.1.1. Steel Tape
Meteran atau pita ukut ini terbuat
dari bahan baja. Meteran ini mmpunyai sifat sebagai berikut :
·
Agak kaku
·
Tahan lama
·
Tahan air
·
Pemuainnya kecil
·
Tingkat ketelitiannya
agak teliti atau sedang
3) Meteran
atau Pita Ukur Baja Aloy (Steel Alloy)
Meteran atau pita ukur ini terbuat
dari bahan campuran antara baja dan nikel. Meteran ini mempunyai sifat sebagai
berikut :
·
Tahan lama
·
Tahan air
·
Hampir tidak dipengaruhi
suhu
·
Pemuainnya hanya 1/3 dari
meteran baja
·
Tingkat ketelitiannya
tinggi atau lebih teliti dari jenis pita ukur atau meteran yang lain
1.1.2
Fungsi Rol Meter/Meteran
Fungsi utama atau yang
umum dari meteran ini adalah untuk mengukur jarak atau panjang.
Yang perlu diperhatikan
saat menggunakan meteran antara lain :
· Satuan
ukuran yang digunakan ada 2 satuan ukuran yang biasa digunakan, yaitu satuan
inggris (inch, feet, yard) dan satuan metrik (mm, cm, m).
· Satuan
terkecil yang digunakan mm atau cm, inch atau feet.
· Penyajian
angka nol atau bacaan nol pada meteran ada yang dinyatakan tepat di ujung awal
meteran dan ada pula yang dinyatakan pada jarak tertentu dari ujung awal
meteran.
1.1.3
Cara Menggunakan Rol Meter/Meteran
Cara
menggunakan alat ini relatif sederhana, cukup dengan merentangkan meteran ini
dari ujung satu ke ujung lain dari objek yang diukur. Namun demikian untuk
hasil yang lebih akurat cara menggunkan alat ini sebaiknya dilakukan sebagai
berikut:
·
Lakukan
oleh 2 orang .
·
Seorang
memegang ujung awal dan meletakan angka nol meteran di titik
yang pertama.
·
Seorang
lagi memegang rol meter menuju ke titik pengukuran lainnya, tarik meteran
selurus mungkin dan letakan meteran di titik yang dituju dan baca angka meteran
yang tepat di titik tersebut.
1.2
Mistar
1.2.1
Pengertian
Mistar
Mistar adalah
alat ukur panjang yang memiliki skala terkecil 1 mm. Mistar ini memiliki
ketelitian 0,5 mm yaitu setengah skala terkecil. Umumnya panjang yang digunakan
sekitar 50 cm – 100 cm. Ketelitian adalah nilai terkecil yang masih dapat
diukur oleh alat ukur.
Gambar
1.2.1. Mistar/Penggaris
1.2.2
Fungsi
Mistar
Mistar banyak
dibutuhkan dalam kehidupan sehari hari, sebagai misal digunakan untuk mengukur
panjang suatu meja, kain, buku, ruangan kelas dan lain lain.
1.3 Kompas
(Compass)
1.3.1
Pengertian Kompas
Kompas
adalah sebuah alat dengan komponen utamanya jarum dan lingkaran berskala.
Salah satu ujung jarumnya dibuat dari besi berani atau magnit yang ditengahnya
terpasang pada suatu sumbu, sehingga dalam keadaan mendatar jarum magnit dapat
bergerak bebas ke arah horizontal atau mendatar menuju arah utara atau selatan.
Kompas yang lebih baik dilengkapi dengan nivo, cairan untuk menstabilkan
gerakan jarum dan alat pembidik atau visir. Kompas ini beragam bentuknya.
Gambar
1.3.1. Kompas
1.3.2
Fungsi Kompas
Fungsi utama dari kompas
adalah untuk menentukan arah mata angin terutama ke utara atau ke selatan
sesuai dengan magnit yang digunakan. Kegunaan lain yang juga didasarkan pada
penunjukan arah utara atau ke selatan adalah :
1) Penentuan
arah dari satu titik/tempat ke titik/tempat lain, yang ditunjukan oleh besarnya
sudut azimut, yaitu besarnya sudut yang dimulai dari arah utara atau selatan,
bergerak searah jarum jam sampai di arah yang dimaksud.
2) Mengukur
sudut horizontal.
3) Membuat
siku-siku.
1.3.3
Cara Menggunakan Kompas
Cara
menggunakan kompas untuk menentukan arah ke tujuan :
· Pegang
alat dengan kuat di atas titik pengamatan.
· Atur
agar alat dalam keadaan mendatar agar jarum dapat bergerak dengan bebas. Kalau
alat ini dilengkapi dengan nivo atur gelembung nivo ada di tengah.
· Baca angka skala lingkaran yang menuju
arah/titik yang dimaksud
1.4 Alidade
1.4.1
Pengertian dan Fungsi Alidade
Alidade adalah sebuah
alat yang digunakan untuk mengukur dan pemetaan topografi sederhana, yang
terdiri atas papan gambar yang dipasang pada kaki tiga, yang di lengkapi pula
dengan penyipat datar, unting-unting, kompas dan teropong atau pembidik. Alidade
juga digunakan sebagai indikator atau sebuah alat pengamat di atas
meja pesawat, yang di gunakan pada saat pengukuran sudut. Sebuah survei
pemetaantopografi dan instrumen yang digunakan untuk menentukan arah, yang
terdiri dariteleskop dan bagian terpasang yang berguna untuk melihat objek yang
jauh. Garis padang berguna untuk menarik garis di sebuah meja pesawat ke
arah objek atau untuk mengukur sudut untuk objek dari beberapa titik
acuan. Sudut dapat pula di ukur dalamhorisontal, vertikal dan apapun sesuai
dengan pilihan.Alidade tediri dari beberapa bagian yaitu bar, batang atau
serupa dengankomponen baling-baling di kedua ujung. Baling-baling tersebut
memiliki lubang, slotatau indikator lainnya yang melaluinya agar orang dapat melihat
objek yang jauh.Mungkin juga ada pointer atau pointer pada alidade untuk
menunjukkan posisi padaskala. Sejak dulu sampai sekarang alidade telah dibuat
dari beberapa jenis bahanyaitu: kayu, gading, kuningan dan bahan lainnya.
Gambar
1.4.1. Alidade
1.5 Hand
Level (Teropong Pendatar Tangan)
1.5.1
Pengertian dan Fungsi Teropong
Pendatar Tangan
Bagian utama dari alat ini adalah teropong sebagai
alat pembidik dan nivo sebagai alat yang menunjukkan kondisi mendatar.
Teropong
pendatar tangan digunakan untuk memperoleh pandangan mendatar atau titik-titik
yang sama tingginya dengan ketinggian teropong, menentukan beda tinggi antara
dua titik/tempat, dan menentukan kemiringan atau lereng antara dua titik
tempat. Pada
pengoperasian-nya cukup dipegang dengan tangan.
Alat ini
dapat dibedakan dari kelengkapan alatnya dan ketelitian bacaan sudut miringnya.
Ada beberapa jenis alat yang termasuk dalam alat teropong pendatar tangan yaitu
:
1.
Teropong pendatar tangan
biasa
Alat ini terdiri dari teropong yang didalamnya terdapat benang silang dan nivo
sebagai penunjuk keadaan mendatar.
Gambar 1.5.1. Teropong Pendatar Tangan Biasa
2.
Abney level
Abney level adalah
sebuah alat yang di pakai untuk mengukur ketinggian yang terdiri dari skala
busur derajat. Beberapa kelebihan abney level adalah mudah untuk digunakan,
relative murah dan akurat. Abney level di gunakan untuk mengukur derajat dan
elevasi topografi. Alat ini berupa teropong yang dilengkapi dengan busur
setengan lingkaran.
Gambar 1.5.1.
Abney level
3. Sunto level
Alat ini seperti abney
level, tetapi lingkaran skalanya ada di dalam alat sehingga alat ini tidak
terlihat seperti bentuk teropongnya tetapi menyerupai kotak pipih seperti korek
api.Abney level dan Sunto level umumnya dikenal sebagai alat untuk mengukur lereng atau kemiringan lahan.
Gambar 1.5.1.
Sunto Level
1.5.2
Cara Menggunakan Teropong
Pendatar Tangan
Cara menggunakan teropong
pendatar tangan biasa dengan abney level dan sunto level agak berbeda.
1. Teropong pendatar
tangan biasa
Cara menggunakan
teropong pendatar tangan biasa adalah sebagai berikut :
1)
Teropong dipegang, lubang
pembidiknya diletakan di depan mata, berdiri di titik
awal.
2)
Ukur tinggi mata kita, sebagai
tinggi alat.
3)
Bidikan ke sasaran, atur agar
gelembung nivo tepat di benang silang. mendatar,
(Bila dimaksudkan untuk menentukan beda tinggi, maka di titik yang dibidik atau
titik sasaran dipasang rambu ukur, sehingga ketinggian garis bidik di titik
tersebut diketahui).
2. Abney level atau
sunto level
Cara menggunakan abney
level atau sunto level adalah sebagai berikut :
1)
Alat dipengang, lubang pembidiknya
diletakan di depan mata, berdiri di titik awal.
2)
Ukur tinggi mata kita, sebagai
tinggi alat.
3)
Bidikan ke rambu ukur yang dipasang
di titik berikutnya/titik yang akan dibidik, atur
bacaan bidikan sama tingginga dengan ketinggian alat..
4)
Baca skala kemiringannya.
1.6 Klinometer(Clinometer)
1.6.1
Pengertian Klinometer
Klinometer adalah alat
sederhana untuk mengukur sudut elevasi antara garis datar dan sebuah garis yang
menghubungkan sebuah titik pada garis datar tersebut dengan titik puncak
(ujung) sebuah objek. Aplikasinya digunakan untuk mengukur tinggi (panjang) suatu
objek dengan memanfaatkan sudut elevasi.
1.6.2
Fungsi Klinometer
Fungsi atau kegunaannya
adalah untuk menentukan besar sudut elevasi dalam mengukur tinggi obyek secara
tidak langsung.
Gambar
1.6.2. Klinometer
1.6.3
Cara Menggunakan
Klinometer
Dalam menggunakan klinometer
sebaiknya dilakukan oleh dua orang, satu orang memegang dan membidik sasaran
yang akan diukur dan satu orang yang lain melakukan pengamatan dengan membaca
sudut dan mencatat hasilnya.
1.7 Odometer
1.7.1
Pengertian Odometer
Odometer adalah alat
pengukuran di lapangan yang berupa roda dengan keliling tertentu yang dipasang
pada suatu tangkai sebagai pegangan. Pada
tangkai tersebut dipasang alat hitungan putaran roda berupa bunyi atau
angka.
Gambar
1.8.1. Odometer
1.7.2
Fungsi Odometer
Alat
ini sangat praktis untuk mengukur jarak suatu jalur dimana jalurnya
berbelok-belok dan naik turun, seperti halnya jalur jalan dalam rangka
pengaspalan atau di pertanian sendiri pada pengukuran luas lahan bergelombang
dan bentuk petakannya tidak beraturan
1.7.3
Cara Menggunakan Odometer
Odometer
merupakan metode sederhana hampir mirip dengan metode langkah, yaitu mengukur
jarak dengan menghitung jumlah putaran roda yang kelilingnya diketahui, bila
roda tersebut digelindingkan antara dua titik pengukuran.
Jarak
dihitung dengan persamaan berikut :
Jarak
= Jumlah putaran roda x keliling roda
Contoh
:
Antara
titik A dan B ditempuh dengan 120 putaran
Keliling
lingkaran = 60 cm
Jarak
antara titik A dan B = 120 putaran x 60cm/putaran = 7.200 cm = 72 m
2.
ALAT UKUR OPTIK
2.1 Waterpass
2.1.1
Pengertian dan Fungsi Waterpass
Alat
ukur optis untuk mengukur beda tinggi antara dua titik atau
lebih dan penggunaanya sangat luas seperti pekerjaan sipil, pemetaan,
pertanahan dan lain-lainnya.
Syarat-syarat pemakaian
waterpass:
1) Syarat
dinamis : Sumbu 1 vertikal
2) Syarat
statis
· Garis
mendatar diafragma sejajar sumbu 1
· Garis
arah nivo tegak lurus sumbu 1
· Garis
bidik teropong sejajar garis dengan garis arah nivo
Alat waterpass mempunyai
beberapa bagian utama
Bagian-bagian alat :
Gambar
2.1.1. Bagian-bagian Waterpass
Fungsi bagian-bagian alat :
Cermin nivo :
untuk memantulkan bayangan nivo
Nivo :
untuk mengetahui kedataran alat
visir bidikan : untuk mengarahkan arah bidikan teropong
Sekrup fokus benang : untuk memfokuskan benang bidikan
Lensa bidik :
untuk melihat bidikan
Sekrup penggerak horisontal : untuk menggerakan secara halus arah bidikan
horisontal teropong
Sekrup leveling : untuk me-level-kan (mendatarkan) alat
Plat dasar :
untuk landasan alat ke tripot
Body teropong : badan teropong
Sekrup fokus obyek : untuk memfokuskan obyek bidikan
Rumah lensa depan : untuk tempat lensa depan
Skala gerakan sudut horisontal : untuk mengetahui besar
gerakan sudut horisontal
No seri alat :
nomor seri untuk identifikasi alat
2.1.2
Cara Menggunakan
Waterpass
a. Pasang
kaki tiga penyangga/tripod/statip pada tempat yang dikehendaki, biasanya pada
titik ikat atau pada titik yang sudah diketahui koordinat dan elevasinya.
b. Pastikan
kaki tiga penyangga terpasang secara kuat dan stabil serta posisi pelat tempat
dudukan alat ukur (tribrach) pada posisi semendatar mungkin.
c. Kencangkan
sekrup-sekrup penguat yang ada pada masing-masing kaki secukupnya.
d. Pasang
waterpass pada dudukan atau tribrach dan kencangkan sekrupnya.
e. Atur
sumbu I vertikal dan sumbu II horisontal dengan menggunakan sekrup penyeimbang
nivo kotak, yang biasanya disebut sekrup A, B, C.
f. Pengaturan
dilakukan pertama-tama dengan posisi nivo sejajar dengan posisi kita berdiri,
tepatkan gelembung nivo tepat di dalam lingkaran yang ada.
g. Putar
waterpass terhadap sumbu I sebesar 900 terhadap posisi kita, cek
apakah posisi nivo masih tetap berada di tengah lingkaran, jika gunakan sekrup
C untuk menempatkan nivo kembali ke tengah lingkaran.
h. Jika
centering dan posisi gelembung pada masing-masing nivo sudah berada pada tengah-tengah
bidang nivo pada segala posisi maka alat sudah siap untuk dioperasikan.
2.2 Theodolit
2.2.1
Pengertian Theodolit
Theodolite atau theodolit adalah
instrument / alat yang dirancang untuk menentukan tinggi tanah pengukuran sudut
yaitu sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut tegak
yang dinamakan dengan sudut vertical.
Syarat – syarat utama
yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap dipergunakan untuk pengukuran
yang benar adalah sebagai berikut :
1. Sumbu
ke I harus tegak lurus dengan sumbu II / vertical ( dengan menyetel nivo tabung
dan nivo kotaknya ).
2. Sumbu
II harus tegak lurus Sumbu I.
3. Garis
bidik harus tegak lurus dengan sumbu II (Sumbu II harus mendatar).
4. Tidak
adanya salah indeks pada lingkaran kesatu (kesalahan indek vertical sama dengan
nol).
5. Apabila
ada nivo teropong, garis bidik harus sejajar dengan nivo teropong
6. Garis
jurusan nivo skala tegak, harus sejajar dengan garis indeks skala tegak.
7. Garis
jurusan nivo skala mendatar, harus tegak lurus dengan sumbu II ( Garis bidik
tegak lurus sumbu kedua / mendatar).
Macam
– Macam Theodolit
Dari
konstruksi dan cara pengukuran, dikenal 3 macam theodolite :
1. Theodolite
Reiterasi
Pada theodolite
reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal) menjadi satu dengan plat lingkaran
nonius dan tabung sumbu pada kiap. Sehingga lingkaran mendatar bersifat tetap.
Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci plat nonius.
Gambar
2.2.1. Konstruksi Theodolite Type Reiterasi
2. Theodolite
repetisi
Pada theodolite repetisi,
plat lingkaran skala mendatar ditempatkan sedemikian rupa, sehingga plat ini
dapat berputar sendiri dengan tabung poros sebagai sumbu putar. Pada jenis ini
terdapat sekrup pengunci lingkaran mendatar dan sekrup nonius.
Gambar
2.2.1. Konstruksi Theodolite Type Repetisi
3. Theodolite
Elektro Optis
Dari konstruksi mekanis
sistem susunan lingkaran sudutnya antara theodolite optis dengan theodolite
elektro optis sama. Akan tetapi mikroskop pada pembacaan skala lingkaran tidak
menggunakan system lensa dan prisma lagi, melainkan menggunkan system sensor.
Sensor ini bekerja sebagai elektro optis model (alat penerima gelombang
elektromagnetis). Hasil pertama system analog dan kemudian harus ditransfer ke
system angka digital. Proses penghitungan secara otomatis akan ditampilkan pada
layer (LCD) dalam angka decimal.
Gambar
2.2.1. Theodolite Elektro Optis
Bagian-bagian
dan Kerangka Dasar Theodolite
Gambar 2.2.1. Bagian-Bagian Theodolit
2.2.2
Fungsi Theodolit
Dalam pekerjaan – pekerjaan ukur tanah,
teodolit sering digunakan dalam pengukuran polygon, pemetaan situasi maupun
pengamatan matahari. Teodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti PPD
bila sudut vertikalnya dibuat 90°. Dengan adanya teropong yang terdapat pada
teodolit, maka teodolit bisa dibidikkan ke segala arah. Untuk
pekerjaan-pekerjaan bangunan gedung, teodolit sering digunakan untuk menentukan
sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan pondasi, juga dapat digunakan
untuk mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.
2.2.3
Cara Menggunakan
Theodolit
Cara
kerja penyiapan alat theodolit antara lain :
1. Kendurkan
sekrup pengunci perpanjangan
2. Tinggikan
setinggi dada
3. Kencangkan
sekrup pengunci perpanjangan
4. Buat
kaki statif berbentuk segitiga sama sisi
5. Kuatkan
(injak) pedal kaki statif
6. Atur
kembali ketinggian statif sehingga tribar plat mendatar
7. Letakkan
theodolite di tribar plat
8. Kencangkan
sekrup pengunci centering ke theodolite.
9. Atur
(levelkan) nivo kotak sehingga sumbu kesatu benar-benar tegak / vertical dengan
menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur
tersebut.
10. Atur
(levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-benar mendatar dengan
menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur
tersebut.
11. Posisikan
theodolite dengan mengendurkan sekrup pengunci centering kemudian geser kekiri
atau kekanan sehingga tepat pada tengah-tengah titi ikat (BM), dilihat dari
centering optic.
12. Lakukan
pengujian kedudukan garis bidik dengan bantuan tanda T pada dinding.
13. Periksa
kembali ketepatan nilai index pada system skala lingkaran dengan melakukan
pembacaan sudut biasa dan sudut luar biasa untuk mengetahui nilai kesalaha
index tersebut.
3.
ALAT PENUNJANG
3.1 Tripod/Statif/Kaki
Tiga
3.1.1
Pengertian
Tripod/Statif/Kaki Tiga
Merupakan piranti untuk
mendirikan alat di lapangan yang terdiri dari kepala statip dan kaki tiga yag
dapat di stel ketinggiannya. Statip terbuat dari kayu atau dari metal alumunium
sehingga lebih ringan.
Gambar
3.1.1. Tripod/Statif/Kaki Tiga
3.1.2
Fungsi Tripod/Statif/Kaki
Tiga
Kegunaan
tripod adalah untuk menunjang theodolit.
3.1.3
Cara Menggunakan
Tripod/Statif/Kaki Tiga
Ketinggian statif dapat
diatur, disesuaikan dengan ketinggian si pengamat dan pemutaran baut statif
jangan terlalu keras agar tidak cepat rusak kepala statif ada yang datar,
melengkung (sferis), ada pula yang menyerupai bonggol (Kern) dengan sambungan
alat sentering tongkat teleskopis sekaligus untuk mengukur tinggi alat.
3.2 Leveling
Road/Rambu Ukur
3.2.1
Pengertian Leveling Road/Rambu
Ukur
Rambu ukur adalah alat
yang terbuat dari kayu atau campuran alumunium yang diberi skala pembacaan.
Alat ini berbentuk mistar ukur yang besar, mistar ini mempunyai panjang 3, 4
bahkan ada yang 5 meter. Skala rambu ini dibuat dalam cm, tiap-tiap blok merah,
putih, atau hitam menyatakan 1 cm, setiap 5 blok tersebut berbentuk huruf E
yang menyatakan 5 cm, tiap 2 buah E menyatakan 1 dm. Tiap-tiap meter diberi
warna yang berlainan, merah-putih, dll. Kesemuanya ini dimaksudkan agar
memudahkan dalam pembacaan rambu.
Gambar
3.2.1. Leveling Road/Rambu Ukur
3.2.2
Fungsi Leveling Road/Rambu Ukur
Fungsi utama dari rambu
ukur ini adalah untuk mempermudah/membantu mengukur beda tinggi antara garis
bidik dengan permukaan tanah. Hal yang perlu diperhatikan dari rambu adalah :
· Skala
rambu dalam cm atau mm atau interval jarak pada garis-garis dalam rambu
tersebut setiap berapa cm atau berapa mm.
· Skala
dari rambu, terutama pada daerah sambungan rambu harus benar.
3.2.3
Cara Menggunakan Leveling
Road/Rambu Ukur
Cara menggunakan rambu
ukur :
1. Atur
ketinggian rambu ukur dengan menarik batangnya sesuai dengan kebutuhan,
kemudian kunci.
2. Letakkan
dasar rambu ukur tepat diatas tengah-tengah patok (titik) yang akan dibidik.
3. Usahakan
rambu ukur tersebut tidak miring/condong (depan, belakang, kiri dan kanan),
karena bisa mempengaruhi hasil pembacaan.
3.3 Unting-Unting
3.3.1
Pengertian Unting-Unting
Unting-unting merupakan
bandul yang terbuat dari besi atau kuningan yang berbentuk kerucut dengan ujung
bawah lancip dan digantungkan pada bagian tengah tripod/statif tegak lurus
titik.
Gambar
3.3.1. Unting-Unting
3.3.2
Fungsi Unting-Unting
Unting-unting berguna
untuk memproyeksikan suatu titik pada pita ukur di permukaan tanah atau
sebaliknya.
3.3.3
Cara pemakaian
Unting-unting
digantungkan dan unting-unting harus tegak lurus titik.
3.4 Jalon
3.4.1
Pengertian Jalon
Jalon merupakan tongkat
dengan ujung runcing, berguna sebagai penanda titik yang akan di tembak
sudutnya, jalon merupakan pasangan alat theodolit.
3.4.2
Fungsi Jalon
Jalon berfungsi untuk
membantu dalam pengukuran di lapangan sebagai pelurusan dalam mengukur.
4.
ALAT UKUR ELEKTRONIK
4.1 Global
Positioning System (GPS)
4.1.1
Pengertian Global
Positioning System (GPS)
Global Positioning Sistem
(GPS) merupakan sistem yang terdiri dari konstelasi
satelit radio navigasi, segmen kontrol tanah yang mengelola operasi satelit dan
pengguna dengan receiver khusus yang menggunakan data satelit untuk
memenuhi berbagai persyaratan posisi. GPS merupakan salah satu metode dalam
geodesi satelit yang digunakan untuk penentuan posisi di permukaan bumi secara
3D dimana penentuannya menggunakan teknik trilaterasi dengan menggunakan jarak
dari beberapa lokasi yang diketahui untuk menentukan koordinat lokasi yang
tidak diketahui. GPS terdiri atas tiga segmen, yaitu segmen satelit, segmen
control dan segmen pengguna, lihat gambar (3.1). Konstelasi dan konfigurasi
orbit dari satelit GPS dirancang sedemikian rupa sehingga sistem ini dapat
dimanfaatkan kapan dan dimana saja, lihat gambar (3.2).
Gambar
4.1.1. Tiga Segmen GPS
4.1.2
Fungsi Global Positioning
System (GPS)
GPS mempunyai berbagai
pemanfaatan, tidak hanya untuk keperluan militer, geodesi, survey dan pemetaan,
tetapi juga untuk penelitian dalam geofisika, seperti geodinamika, strudi
deformasi, studi atmosfer dan meteorologi, keperluan oseanografi dan
sebagainya. GPS juga dimanfaatkan untuk navigasi pesawat udara, perhubungan
darat dan laut. Hal ini disebabkan GPS tidak tergantung pada keadaan cuaca, dan
dapat digunakan dalam keadaan statik atau kinematik, serta dapat dipasang di
mobil, kerata api, kapal laut, pesawat udara bahkan satelit. Tetapi perlu
diketahui bahwa GPS juga mempunyai kelemahan, karena tidak dapat dimanfaatkan
ditempat dimana sinyal satelit GPS tidak dapat diterima oleh antena alat
penerima yang berada dalam dalam ruang, di bawah terowongan atau di dalam air.
Oleh karena itu untuk meningkatkan akurasi dan ketelitian data, kombinasi
pengukuran GPS dengan pengukuran posisi geodetik cara konvensional, yaitu
pengukuran sudut dan jarak sering dilakukan.
Gambar
4.1.2. Receiver GPS 1
4.1.3
Cara Menggunakan Global
Positioning System (GPS)
Menghidupkan Receiver
Garmin GPS Navigation 60
Nyalakan GPS 76CSx Anda dan tunggu
sampai sinyal satelit terhubung dengan GPS.
Gambar 4.1.3. Halaman Satelit dan Halaman Menu
Secara default fitur/halaman menghitung luas belum ada di GPS Anda, untuk
itu halaman harus di setting manual dengan cara :
a)
Tekan tombol MENU 2 kali, akan muncul halaman menu
utama, setelah itu pilih SETUP >ENTER> Page Sequence> ENTER.
b)
Muncul halaman
tambah halaman, tekan tombol Rocker bawah sampai ke pilihan Add Page lalu ENTER. Pilih Area Calculation dan akhiri dengan tombol ENTER.
Gambar 4.1.3. Halaman Menu Setup dan Halaman Sequence.
Setelah penambahan halaman sudah dilakukan, langkah selanjutnya yaitu tekan
tombol PAGE beberapa kali sampai
muncul halaman Area Calculation> Start> ENTER.
Setelah itu tombol Start berubah menjadi tombol
Stop, jika demikian berarti GPS sudah siap digunakan untuk menghitung Luas
Area.
Gambar 4.1.3. Halaman
peta dari Area Calculation.
Silahkan anda berjalan di area yang akan dihitung luasnya, dari titik A
(mulai) sampai kembali ke titik A lagi (akhir).
Setelah mengelilingi area yang diukur, lalu Anda tekan tombol Stop. Dibawah tombol Stop akan muncul
hasil dari perhitungan area tersebut.
Dihalaman selanjutnya akan muncul keterangan dari hasil kalkulasi area, seperti :
a)
Name (anda
bisa mengganti nama yang Anda inginkan dengan menekan tombol Rocker ke atas
sampai ke field Name,
b)
ENTER dan
isi nama sesuai yang Anda inginkan), selain informasi Name ada juga informasi
Distance (jarak), Area, dan Color (warna). Setelah itu Anda tekan tombol OK
untuk menyimpan hasil pengukuran.
Gambar 4.1.3. Halaman peta dari Area Calculation dan Halaman Area
Calculation.
Catatan : Pengukuran
luas area menggunakan GPS Garmin sangat tidak disarankan karena akurasi GPS
Garmin sekitar 5 - 15 meter, untuk pengukuran yang lebih akurat Anda bisa
menggunakan GPS tipe Pemetaan atau GPS Geodetik yang akurasinya bisa mencapai
5mm - 10mm.
Langkah-langkah memasukkan titik ke dalam Google Earth :
1.
Membuka Aplikasi google Earth, setelah Aplikasi terbuka, pilih Add yang berada di deretan Menu > pilih Placemark / Ctrl + Shift + P
Gambar 4.1.3. Penambahan titik pada google earth.
2.
Setelah
muncul Google Earth – New Placemark > Masukkan koordinat yang
tempat yang akan di masukkan mulai dari Zone, Easting, Northing ( Jika
Koordinatnya UTM) > ubahlah nama yang pada tempat yang anda inginkan, misal
Prodi P. Geografi > setelah semua selesai pilih OK maka akan muncul seperti
pada gambar di bawah ini
Gambar 4.1.3. Halaman Google Earth – New Placemark
Gambar 4.1.3. Titik Baru (New Placemark) di Google Earth
4.2 Theodolite
Digital
4.2.1
Pengertian Theodolite
Digital
Jenis theodolit yang
dimana cara pembacaan sudut horizontal dan vertikalnya hanya dibaca dengan
otomatis pada layar yang ada dalam alat tersebut, dan cara penyentringan
alatnya pun berbeda dimana theodolit digital hanya dengan cara sentering laser.
Gambar
4.2.1. Theodolit Digital
4.2.2
Fungsi Theodolite Digital
Theodolit merupakan salah
satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan sudut mendatar dan sudut
tegak. Sudut yang dibaca bisa sampai pada satuan detik.
4.2.3
Cara Menggunakan
Theodolite Digital
Ada empat syarat yang
harus diperhatikan dalam persiapan dan pengecekan kelayakan standar pakai
Theodolite digital antara lain :
1. Sumbu tegak (sumbu I) harus benar-benar tegak.
2. Sumbu kedua atau sumbu horizontal harus mendatar.
3. Teropong atau garis bidik harus tegaklurus sumbu kedua
4. Kesalahan indeks pada skala lingkaran tegak harus sama dengan nol .
Penggunaan
Dan Tata Cara Pemakaian Alat Ukur Tanah Theodolite Digital
Cara penggunaan theodolit digital:
a)
Cara pengaturan optis
alat diletakkan di atas patok, paku payung terlihat pada lensa teropong untuk
mengetengahkan optis.
b)
Pasang statip diatas
titik yang tentu dipermukaan tanah sedemikian rupa sehingga kaki-kakinya
membentuk piramida sama sisi, kencangkan sekrup statip, tancapkan dengan cukup
kuat kedalam tanah, dan usahakan kepala statip sedatar mungkin, untuk
memudahkan pengaturan nivo tabung dan nivo kotak dan pastikan titik tengah
kepala statip berimpit dengan titik /patok.
c)
Ambil pesawat theodolit
dengan hati – hati dan pasang pada kepala statip.
d)
Posisikan theodolit pada
titik yang tentu (jika ada) dengan memasang unting-unting atau melihat alat
duga optik.
e)
Jika posisi tidak tepat,
kendurkan kunci kepala statip dan geser pada posisi yang dikehendaki, jika
terlalu jauh, statip harus dicabut kembali dan dipindahkan.
f)
Ketengahkan gelembung
nivo tabung dengan 3 sekrup penyama rata.
g)
Arahkan nivo tabung
sejajar dengan garis penghubung sekrup A dan B.
h)
Ketengahkan gelembung
nivo tabung dengan memutar sekrup A dan B secara bersamaan keluar sama keluar
kedalam sama kedalam.
i)
Setelah presisi, putar
badan pesawat 90˚.
j)
Ketengahkan kembali
gelembung nivo tabung hanya dengan sekrup C saja, (nivo kotak akan mengikut
seimbang).
k)
Pastikan gelembung nivo
tabung dan nivo kotak tetap ditengah-tengah walaupun pesawat diputar ke segala
arah.
l)
Bila ternyata belum seimbang,
ulangi penyetelan 5a s/d 5e.
m) Bila
kedua nivo telah seimbang, tekan tombol power (switch) pada keadaan ON, dan pesawat
theodolit sudah siap digunakan (sumbu I sudah vertical dan sumbu II sudah horizontal).
Cara
penggunaan alat
a)
Memasukkan baterai ke
dalam tempatnya kemudian mengetengahkan optis ke atas.
b)
Menghidupkan display dan
atur sesuai keperluan.
c)
Untuk membaca sudut
mendatar, arahkan teropong pada titik yang dikehendaki kemudian dibaca pada
display.
d)
Untuk membaca sudut
vertical, teropong diarahkan secara vertical dan kemudian dibaca pada display.
4.3 Total
Station
4.3.1
Pengertian Total Station
Total Station adalah
pengembangan dari theodolite yang dilengkapi dengan pengukuran jarak dan sudut
secara elektronik dengan dibantu reflektor sebagai target dan pengganti rambu
ukur. Di samping itu untuk mempermudah proses data dilengkapi juga dengan
komputer. Konstruksi utama seperti rambu pertama, rambu kedua dan garis bidik
sama dengan theodolite.
Gambar
4.3.1. Total Station
Persyaratan-persyaratan
yang harus dipenuhi adalah :
i. Ketelitian
bacaan sudut horizontal
j. Ketelitian
bacaan jarak horizontal dan vertikal
k. Kemampuan
software untuk menghasilkan hitungan beda tinggi
l. Kemampuan
software untuk menghasilkan hitungan kordinat
m. Sumbu
pertama vertikal
n. Sumbu
kedua mendatar
o. Sumbu
kedua tegak lurus sumbu pertama
Disamping
persyaratan-persyaratan tersebut harus dipenuhi bagian-bagian total station
harus berfungsi dengan baik.
Bagian-bagian
tersebut adalah :
a. Sekrup-sekrup
dan klem untuk penyetelan harus berfungsi dengan baik dan normal.
b. Nivo-nivo
harus berfungsi dengan baik.
c. Kejernihan
lensa atau kaca pada teropong harus benar-benar dalam kondisi baik dan normal.
d. Tampilan
bacaan (display) harus jelas.
4.3.2
Fungsi Total Station
Total station biasanya
digunakan untuk melakukan pengukuran arah, jarak, beda tinggi serta penentuan
koordinat secara elektronis.
4.3.3
Cara Menggunakan Total
Station
Penyetelan total station
:
a. Pasang
kaki tiga penyangga/tripod/statip pada tempat yang dikehendaki, biasanya pada
titik ikat atau pada titik yang sudah diketahui koordinat dan elevasinya
b. Pastikan
kaki tiga penyangga terpasang secara kuat dan stabil serta posisi pelat tempat
dudukan alat ukur (tribrach) pada posisi semendatar mungkin.
c. Kencangkan
sekrup-sekrup penguat yang ada pada masing-masing kaki secukupnya.
d. Secara
simultan tepatkan penanda ketepatan posisi as vertikal total station pada tiik
yang dikehendaki (centering)
e. Atur
sumbu I sumbu vertikal dan sumbu II horizontal dengan menggunakan sekrup
penyeimbang nivo kotak, yang biasanya disebut
sekrup A, B, C.
f.
Pengaturan dilakukan
pertama-tama dengan posisi nivo sejajar dengan posisi kita berdiri, tepatkan
gelembung nivo tepat didalam lingkaran yang ada.
g. Pengaturan
dilakukan pertama-tama dengan posisi nivoo sejajar dengan posisi kita berdiri,
tepatkan gelembung nivo tepat di dalam lingkaran yang ada.
h. Putar
theodolite terhadap sumbu I sebesar 900 terhadap posisi kita, cek
apakah posisi nivo masih tetap berada di tengah lingkaran, jika tidak gunakan
sekrup C untuk menempatkan nivo kembali ke tengah lingkaran.
i.
Cek kembali posisi
penanda ketepatan as sumbu vertikal apakah masih berada pada posisi titik yang
dimaksud.
j.
Jika bergeser maka
kendorkan sekrup pengunci Theodolite pada tribrach dan geser perlahan-lahan
sehingga posisi penanda arah vertikal tepat berada dititik yang dikehendaki
lalu kuatkan sekrup pengikat
k. Cek
kembali posisi gelembung apakah masih berada di pusat lingkaran, jika tidak
digunakan sekrup A, B, C kembali secara lebih perlahan untuk menempatkan posisi
gelembung nivo pada lingkaran yang ada.
l.
Jika centering dan posisi
gelembung pada masing-masing nivo sudah berada pada tengah-tengah bidang nivo,
maka alat sudah siap untuk dioperasikan.
B. KESIMPULAN
Kesimpulan
dari hasil tugas saya adalah, setelah saya mengumpulkan dan menyusun macam-macam
alat ukur tanah beserta fungsi dan cara pemakaiannya dan saya menjadi lebih
memahami tentang macam-macam alat ukur tanah beserta fungsi dan cara
pemakaiannya.
Kesimpulan
dari hasil penyusunan makalah diatas adalah ternyata alat ukur tanah dibedakan
oleh kemampuannya untuk seberapa jauh bisa mengukur jarak tanah.
C. DAFTAR
PUSTAKA
Pratomo, Danar G. 2004. Pendidikan
dan Pelatihan (DIKLAT) Teknis Pengukuran dan Pemetaan Kota. ITS.
Nawawi, Gunawan. Mengukur Jarak
dan Sudut. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan Jakarta. 2001.
Syaripudin, Akhmad. Pengantar
Survey dan Pengukuran.
Pengukuran dan Perpetaan Digital. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah kejuruan.Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Hidayat, Nursyamsu. Sipat
datar/Leveling/Waterpasiing. Program Diploma Teknik Sipil Universitas Gajah
Mada.
Penguasaan Peralatan Ukur Edisi 2011.
Fajarsari,
Ega J. 2010. Alat Ukur Tanah Sederhana. Universitas Gunadarma.
Ilmu Ukur Tanah. FTSP
Universitas Mercu Buana.
Ellysa.
2012. Ilmu Ukur Tanah.