MINERAL DAN BATUAN
A. BATUAN
1. BATUAN BEKU
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa
Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma
yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di
bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan
sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan
setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi.
Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut:
kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari
700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di
bawah permukaan kerak bumi.
1.1 Batu Apung
1.1.1
Keterangan
warna keabu-abuan, berpori-pori, bergelembung, ringan,
terapung dalam air, biasanya digunakan untuk mengamplas atau menghaluskan kayu,
di bidang industri digunakan sebagai bahan pengisi (filler), isolator
temperatur tinggi dan lain-lain.
1.1.2
Proses
Terbentuk
dari pendinginan magma yang bergelembung-gelembung gas
1.2 Batu Obsidian
1.2.1
Keterangan
Berwarna hitam, seperti kaca, tidak ada
kristal-kristal, biasanya digunakan untuk alat pemotong atau ujung tombak (pada
masa purbakala) dan bisa dijadikan kerajinan
1.2.2
Proses Terbentuk
terbentuk
dari lava permukaan yang mendingin dengan cepat
1.3
Granit
1.3.1
Komposisi Mineral
Mineral utamanya kuarsa dan ortoklas dengan mineral lain adalah biotit,
muskovit dan plagioklas. Mineral tambahan zircon atau garnet.
1.3.2
Tekstur
Terdapat sebagai instrusi hypabisal maupun plutonik, holokristalin,
fanerik kasar dengan mineral dapat dikenal dengan mata biasa. bisa dijumpai
dengan tekstur porfiritik namun pada umumnya bertekstur grafik, yaitui
pertumbuhan bersama antara kuarsa dan ortoklas.
1.3.3
Varietas
Nama-namanya tergantung pada mineral utama yang ada selain kuarsa dari
felspar, sebagai contoh : granit muskovit : granit biotit : granit hornblenda.
1.3.4
Proses Terbentuk
dari
pendinginan magma yang terjadi dengan lambat di bawah permukaan bumi
1.4
Basalt
1.4.1
Komposisi Mineral
Komposisi mineral utamanya adalah plagioklas basa dan augit, magnetit
dan limenit biasanya dijumpai sebagai mineral tambahan, olivin bisa juga
melimpah. Pada umumnyaserimh didapatkan mineral – mineral yang mengisi lubang
vesikuler, antara lain adalah kalsit, klorit dan kalsedon.
1.4.2
Tekstur
Terdapat sebagai lelehan vulkanik, kadangkala ada juga yang didapatkan
dengan massa dasar afanitik. tekstur khusus biasanya intergranular atau
intersertal, sulit mengamati mineral dalam contoh, kecuali yang porfiritik dan
sering berstruktur amigdaloidal.
1.4.3
Varietas
Yang umum adalah Basalt Olivin atau Normal Basalt. Untuk gelas basalt
kuarsa, basalt leusit, spilit, melaphyro. Sedangkan yang dimaksud foidal basalt
adalah basalt kaya felspatoid, ada 2 kelompok :
·
Banyak plagioklas asam, disebut : Basanit, apabila banyak mengandung
olivin , Teprit,apabila memiliki sedikit olivin.
·
Sedikit atau tidak mengandung plagioklas asam : Basalt foidal, apabila
olivinnya banyak : Nefelinit, apabila olivinnya sedikit.
1.4.4
Proses Terbentuk
dari
pendinginan lava yanng mengandung gas tetapi gasnya telah menguap
1.5
Diorit
1.5.1
Komposisi Mineral
Komposisi utamanya plagioklas dan hornblenda, kadang – kadang ada yang
mengandung biotit dan kuarsa.
1.5.2
Tekstur
Holokristalin, berbutir menengah sampai kasar, jarang yang forfiritik
dan bila dibandingkan dengan granit ukuran butirnya lebih kecil.
1.5.3
Varietas
Diorit biotita, diorit kuarasa dan diorit mikro untuk diorit porfir,
bilamana mafik mineral selain hornblenda dan sebagai kristal sulung namanya
ditambahkan, misalnya : Augit diorit porfir, mika diorit porfir, diorit kuarsa
dicirikan dengan kandungan kuarsa mencapai 20 % ( H.Williams, 1982).
1.5.4
Proses Terbentuk
dari
hasil peleburan lantai samudra yang bersifat mafic pada suatu subduction zone,
biasanya diproduksi pada busur lingkaran volkanis, dan membentuk suatu gunung
didalam cordilleran ( subduction sepanjang tepi suatu benua, seperti pada
deretan Pegunungan)
1.6
Andesit
1.6.1
Komposisi Mineral
Penyusun utamanya adalh plagioklas dan mineral mafik, yang terdapat
sebagai kristal sulung, kadang mineral oksida besi hadir sebagai mineral
tambahan.
1.6.2
Tekstur
Hipokristalin, holokristalin, porfiritik, vitroferik dengan massa dasar
afanitik atau massa gelas. Tekstur khusus Pilotaksitik.
1.6.3
Varietas
Andesit Hornblenda, andesit augit, andesit biotit, andesit kuarsa.
Batuan yang berasal dari andesit, yang telah terubah oleh aktifitas air
vulkanik dengan produksi mineral skunder disebut propilit. Andesit augit secara
contoh “hand Specimen” sulit dibedakan dengan basalt. Tetapi pada basalt,
plagioklasnya lebih keruh (basa) atau dapat dengan refleksi mineraloginya.
1.6.4
Proses Terbentuk
berasal
dari lelehan lava gunung merapi yang meletus, terbentuk (membeku) ketika
temperatur lava yang meleleh turun antara 900 sampai dengan 1,100 derajat
Celsius.
1.7
Gabro
1.7.1
Komposisi mineral
Gabro mineral utamanya adalah piroksen dan plagioklas basa, mineral yang
lain berupa olivin, felspatoid dengan mineral tambahan biasanya limenit dan
apatit.
1.7.2
Tekstur
Termasuk batuan beku instrusif, plutonik dengan derajat kristalisasi
holokristalin, fanerik kasar dan jarang dijumpai porfiritik, olivine hadir
biasanya menampakkan bentuk yang baik. Sering sekali terdapat produkdekomposisi
seperti sepertin (dari olivine) dan klorit (dari piroksen) sering menunjukkan
tekstur khusus sub afanitik – afanitik.
1.7.3
Varietas
Namanya bisa diberikan menurut mineral mafik yang ada selain augit,
misalnya gabro olivine, apabila olivine hadir dalam jumlah yang banyak. Nama
dan sebutan untuk varietas gabro :
·
Gabro kuarsa : bila mengandung kuarsa 10% atau lebih.
·
Norit : apabila kaya hipersten dengan plagioklas utama bitonit.
·
Troctolite : apabila kaya olivine, plagioklas basa (labradorit atau
bitonit) dijumpai piroksen dengan jumlah sedikit.
·
Pseudoleusit : apabila kaya akan leusit, aegirin dan augit.
1.7.4
Proses Terbentuk
terbentuk
dari magma yang membeku di dalam gunung
2. BATUAN SEDIMEN
Batuan Sedimen adalah batuan yang paling
banyak tersingkap di permukaan bumi, kurang lebih 75 % dari luas permukaan
bumi, sedangkan batuan beku dan metamorf hanya tersingkapsekitar 25 % dari luas
permukaan bumi. Oleh karena itu, batuan sediment mempunyai arti yang sangat
penting, karena sebagian besar aktivitas manusia terdapat di permukaan bumi.
Fosil dapat pula dijumpai pada batuan sediment dan mempunyaiarti penting dalam
menentukan umur batuan dan lingkungan pengendapan. Batuan Sedimen adalah batuan
yang terbentuk karena proses diagnesis dari material batuan lain yang sudah
mengalami sedimentasi. Sedimentasi ini meliputi proses pelapukan, erosi,
transportasi, dan deposisi. Proses pelapukan yang terjadi dapat berupa
pelapukan fisik maupun kimia. Proses erosidan transportasi dilakukan oleh media
air dan angin. Proses deposisi dapat terjadi jika energi transport sudah tidak
mampu mengangkut partikel tersebut.
2.1
Batu bara (Coal)
Coal
atau batu bara adalah batuan sedimen yang terbentuk dari kompaksi material yang
berasal dari tumbuhan, baik berupa akar, batang, maupun daun. Teksturnya amorf,
berlapis, dan tebal. Komposisinya berupa humus dan karbon. Warna biasanya
coklat kehitaman dan pecahannya bersifat prismatik.Batu bara terbentuk pada
rawa-rawa pada daerah beriklim tropis yang airnya mengandung sedikit oksigen.
Bagian dari tumbuhan jatuh dan mengendap di dasar rawa semakin lama semakin
bertambah dan terakumulasi. Material tersebut lama-kelamaan terkubur oleh
material di atasnya sehingga tekanannya bertambah dan air keluar, dan kemudian
mengalami kompaksi menjadi batu-bara.
2.2
Batu Pasir (Sand Stone)
Batupasir
adalah suatu batuan sedimen bertekstur clastic yang dimana partikel penyusunya
kebanyakan berupa butiran berukuran pasir. Kebanyakan batupasir dibentuk dari
butiran-butiran yang terbawa oleh bergerakan air, seperti ombak pada suatu
pantai atau saluran di suatu sungai. Butirannya secara khas di semen
bersama-sama oleh tanah kerikil atau kalsit untuk membentuk batu batupasir
tersebut. Batupasir paling umum terdiri atas butir kwarsa sebab kwarsa adalah
suatu mineral yang umum yang bersifat menentang laju arus.
Sandstone
atau batu pasir terbentuk dari sementasi dari butiran-butiran pasir yang
terbawa oleh aliran sungai, angin, dan ombak dan akhirnya terakumulasi pada
suatu tempat. Ukuran butiran dari batu pasir ini 1/16 hingga 2 milimeter.
Komposisi batuannya bervariasi, tersusun terutama dari kuarsa, feldspar atau
pecahan dari batuan, misalnya basalt, riolit, sabak, serta sedikit klorit dan
bijih besi. Batupasir mempunyai banyak kegunaan didalam industri
konstruksi sebagai suatu kumpulan dan batu-tembok. batupasir hasil galian dapat
digunakan sebagai material di dalam pembuatan gelas/kaca.Batu pasir umumnya
digolongkan menjadi tiga kriteria, yaitu Quartz Sandstone, Arkose, dan
Graywacke.
2.3
Breksi
Breksi
adalah batuan sedimen yang tersusun dari fragmen-fragmen (pecahan-pecahan)
batuan yang ujungnya (bersudut) runcing dan telah tersementasi (terekat) oleh
material-material batuan yang lebih halus (biasanya mengandung kalsium karbonat
dan silikat).Breksi memiliki butiran-butiran yang bersifat coarse yang
terbentuk dari sementasi fragmen-fragmen yang bersifat kasar dengan ukuran 2
hingga 256 milimeter. Fragmen-fragmen ini bersifat runcing dan menyudut.
Fragmen-fragmen dari Breksi biasanya merupakan fragmen yang terkumpul pada
bagian dasar lereng yang mengalami sedimentasi, selain itu fragmen juga dapat
berasal dari hasil longsoran yang mengalami litifikasi.
Komposisi
dari breksi terdiri dari sejenis atau campuran dari rijang, kuarsa, granit,
kuarsit, batu gamping, dan lain-lain.
2.4
Konglomerat (Conglomerate)
Konglomerat
merupakan suatu bentukan fragmen dari proses sedimentasi, batuan yang berbutir
kasar, terdiri atas fragmen dengan bentuk membundar dengan ukuran lebih besar
dari 2mm yang berada ditengah-tengah semen yang tersusun oleh batupasir dan
diperkuat dan dipadatkan lagi kerikil. Dalam pembentukannya membutuhkan energi
yang cukup besar untuk menggerakan fragmen yang cukup besar biasanya terjadi
pada sistem sungai dan pantai.
Konglomerat
hampir sama dengan breksi, terdiri atas sejenis atau campuran rijang, kuarsa,
granit, dan lain-lain, hanya saja fragmen yang menyusun batuan ini umumnya
bulat atau agak membulat. Bila di lihat dari bentuk butiranya yang membulat
maka di perkirakan batuan sudah mengalami transportasi relatif jauh, bahkan
batu konglomerat lebih jauh di transport daripada batu breksi sebab ukuran
fragment pada batu konglomerat sudah membundar.
Konglomerat
merupakan batuan sedimen bertekstur klastik karena memiliki fragmen dan matrix,
sedankan strukturnya yaitu non stratified yaitu tidak berlapis, sesuai dengan
gambar di atas, struktur khususnya yaitu greeded bedding.
2.5
Gamping (Lime Stone)
Merupakan
salah satu golongan batuan sedimen yang paling banyak jumlahnya. Batugamping
itu sendiri terdiri dari batugamping non-klastik dan batugamping klastik. Batugamping
non-klastik, merupakan koloni dari binatang laut antara lain dari
Coelentrata, Moluska, Protozoa dan Foraminifera atau batu gamping ini sering
juga disebut batugamping Koral karena penyusun utamanya adalah Koral. Batugamping
Klastik, merupakan hasil rombakan jenis batugamping non-klastik melalui
proses erosi oleh air, transportasi, sortasi, dan terakhir sedimentasi.selama
proses tersebut banyak mineral-mineral lain yang terikut yang merupakan
pengotor, sehingga sering kita jumpai adanya variasi warna dari batugamping itu
sendiri. Seperti warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, merah
bahkan hitam. Secara kimia batugamping terdiri atas Kalsium karbonat (CaCO3).
Dialam tidak jarang pula dijumpai batugamping magnesium. Kadar magnesium yang
tinggi mengubah batugamping dolomitan dengan komposisi kimia CaCO3MgCO3.
2.6
Shale
Shale
adalah batuan sedimen yang bertekstur klastik dimana teksturnya ini halus
dengan ukuran butir 1/16 hingga 1/256 milimeter. Struktu batuan ini adalah non
stratified namun struktur khususnya yaitu lebih banyak paralel lamination
meskipun ada juga sumber yang mengatakan bahwa batu ini berstruktur mud
cracks. Komposisi mineralnya umumnya tersusun dari mineral-mineral
lempung, kuarsa, opal, kalsedon, klorit, dan bijih besi. Shale dibedakan
menjadi dua tipe batuan, yaitu batu lanau dan batu lempung atau serpih. Batu
lanau memiliki butiran yang berukuran anara batu pasir dan batu serpih,
sedangkan batu lempung memiliki chiri khas mudah membelah dan bila dipanasi menjadi
plastis.
3. BATUAN METAMORF
3.1
Slate
3.1.1
Keterangan
Asal :Metamorfisme Shale
dan Mudstone
Warna :Abu-abu,
hitam, hijau, merah
Ukuran butir :Very
fine grained
Struktur :Foliated
(Slaty Cleavage)
Komposisi :Quartz,
Muscovite, Illite
Derajat metamorfisme :rendah
Ciri khas :mudah
membelah menjadi lembaran tipis.
Kegunaan :batu
sabak yang berbentuk pipih biasa digunakan untuk papan tulis, biasanya juga
untuk trotoar dan atap.
3.1.2
Proses terbentuk
Slate
merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme batuan sedimen
Shale atau Mudstone (batulempung) pada temperatur dan suhu yang rendah.
Memiliki struktur foliasi (slaty cleavage) dan tersusun atas butir-butir yang
sangat halus (very fine grained).
3.2
Filit
3.2.1
Keterangan
Asal :
Metamorfisme Shale
Warna :
Merah, kehijauan
Ukuran butir :
Halus
Struktur :
Foliated (Slaty-Schistose)
Komposisi :
Mika, kuarsa
Derajat metamorfisme :
Rendah – Intermediate
Ciri khas :
Membelah mengikuti permukaan gelombang
Kegunaan : sebagai bahan isolator/isolasi elektrik yang baik
dan tahan terhadap api, bahan interior dan exterior untuk lantai dan dinding.
Digunakan dalam kontruksi suatu bangunan (atap, dll).
3.2.2
Proses Terbentuk
Terbentuk
dari kelanjutan proses metamorfosisme dari Slate.
3.3
Gneiss
3.3.1
Keterangan
Asal : Metamorfisme
regional siltstone, shale, granit
Warna :
Abu-abu
Ukuran butir :
Medium – Coarse grained
Struktur :
Foliated (Gneissic)
Komposisi :
Kuarsa, feldspar, amphibole, mika
Derajat metamorfisme :
Tinggi
Ciri khas :
Kuarsa dan feldspar nampak berselang-seling dengan lapisan tipis kaya
amphibole dan mika.
Kegunaan :Digunakan Sebagai Agregat, atau sebagai batu untuk
bangunan (Building stone)
3.3.2
Proses Terbentuk
Merupakan
batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan beku dalam temperatur dan
tekanan yang tinggi.
3.4
Sekis
3.4.1
Keterangan
Asal : Metamorfisme
siltstone, shale, basalt
Warna :
Hitam, hijau, ungu
Ukuran butir :
Fine – Medium Coarse
Struktur :
Foliated (Schistose)
Komposisi :
Mika, grafit, hornblende
Derajat metamorfisme :
Intermediate – Tinggi
Ciri khas :
Foliasi yang kadang bergelombang, terkadang terdapat kristal garnet
Kegunaan :Digunakan dalam kontruksi suatu bangunan (atap,
dll).
3.4.2
Proses Terbentuk
Terbentuk
dari kelanjutan proses metamorfisme siltstone, shale, basalt
3.5
Marmer
3.5.1
Keterangan
Asal :
Metamorfisme batu gamping, dolostone
Warna :
Bervariasi
Ukuran butir :
Medium – Coarse Grained
Struktur :
Non foliasi
Komposisi :
Kalsit atau Dolomit
Derajat metamorfisme :
Rendah – Tinggi
Ciri khas :
Tekstur berupa butiran seperti gula, terkadang terdapat fosil, bereaksi
dengan HCl.
Kegunaan :
untuk dinding, lantai dan mebel, Batu
marmer dipakai sebagai bahan ornamen dinding dan lantai juga digunakan untuk
pembuatan barang-barang kerajinan.
3.5.2
Proses Terbentuk
Terbentuk
ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga mengalami perubahan dan
rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari kalsium karbonat. Marmer bersifat
padat, kompak dan tanpa foliasi.
3.6
Kuarsit
3.6.1
Keterangan
Asal : Metamorfisme
sandstone (batupasir)
Warna :
Abu-abu, kekuningan, cokelat, merah
Ukuran butir :
Medium coarse
Struktur :
Non foliasi
Komposisi :
Kuarsa
Derajat metamorfisme :
Intermediate – Tinggi
Ciri khas :
Lebih keras dibanding glass
Kegunaan : Sebagai bahan pembuatan bola refraktori, bahan
penggosok, untuk industri gelas, keramik, bahan bangunan sebagai agregat,
lantai dan dinding.
3.6.2
Proses Terbentuk
Adalah
salah satu batuan metamorf yang keras dan kuat. Terbentuk ketika batupasir
(sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika batupasir
bermetamorfosis menjadi kuarsit, butir-butir kuarsa mengalami rekristalisasi,
dan biasanya tekstur dan struktur asal pada batupasir terhapus oleh proses
metamorfosis .
3.7
Milonit
3.7.1
Keterangan
Warna : Abu-abu, kehitaman, coklat, biru,
Ukuran
butir : Fine grained,
Struktur :
Non foliasi,
Komposisi
: Kemungkinan berbeda untuk setiap batuan,
Derajat
metamorfisme : Tinggi,
Ciri
khas : Dapat dibelah-belah
3.7.2
Proses terbentuk
Milonit
merupakan batuan metamorf kompak. Terbentuk oleh rekristalisasi dinamis
mineral-mineral pokok yang mengakibatkan pengurangan ukuran butir-butir batuan.
Butir-butir batuan ini lebih halus dan dapat dibelah seperti schistose.
3.8
Filonit
3.8.1
Keterangan
Asal :
Metamorfisme Shale, Mudstone
Warna :
Abu-abu, coklat, hijau, biru, kehitaman
Ukuran
butir : Medium – Coarse
grained
Struktur :
Non foliasi
Komposisi :
Beragam (kuarsa, mika, dll)
Derajat metamorfisme :
Tinggi
Ciri khas :
Permukaan terlihat berkilau
3.8.2
Proses terbentuk
Merupakan
batuan metamorf dengan derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate. Umumnya
terbentuk dari proses metamorfisme Shale dan Mudstone. Filonit mirip dengan
milonit, namun memiliki ukuran butiran yang lebih kasar dibanding milonit dan
tidak memiliki orientasi. Selain itu, filonit merupakan milonit yang kaya akan
filosilikat (klorit atau mika)
3.9
Serpentit
3.9.1
Keterangan
Asal :
Batuan beku basa
Warna :
Hijau terang / gelap
Ukuran butir :
Medium grained
Struktur :
Non foliasi
Komposisi :
Serpentine
Ciri khas :
Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari
3.9.2
Proses terbentuk
Serpentinit,
batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine dimana mineral ini
dibentuk oleh proses serpentinisasi (serpentinization). Serpentinisasi adalah
proses proses metamorfosis temperatur rendah yang menyertakan tekanan dan air,
sedikit silica mafic dan batuan ultramafic teroksidasi dan ter-hidrolize dengan
air menjadi serpentinit.
3.10
Hornfels
3.10.1Keterangan
Asal : Metamorfisme
kontak shale dan claystone
Warna :
Abu-abu, biru kehitaman, hitam
Ukuran butir :
Fine grained
Struktur :
Non foliasi
Komposisi :
Kuarsa, mika
Derajat metamorfisme :
Metamorfisme kontak
Ciri khas :
Lebih keras dari pada glass, tekstur merata
3.10.2
Proses Terbentuk
Hornfels
terbentuk ketika shale dan claystone mengalami metamorfosis oleh temperatur dan
intrusi beku, terbentuk di dekat dengan sumber panas seperti dapur magma, dike,
sil. Hornfels bersifat padat tanpa foliasi.
B. MINERAL
Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat
anorganik yang terdapat secara alamiah,
yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana
atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis. Mineral
dapat kita jumpai dimanamana disekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan,
tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai.
Beberapa
daripada mineral tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis karena didapatkan
dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan untuk ditambang seperti emas dan
perak. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam
keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya.
Apabila kondisinya memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata,
dan diasumsikan sebagai bentuk bentuk yang teratur yang dikenal sebagai kristal. Dengan demikian, kristal secara umum
dapat di-definisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola
internal susunan tiga dimensi yang teratur. Studi yang khusus mempelajari
sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut
dinamakan kristalografi.
1. MACAM-MACAM MINERAL
1.1
Mineral Silikat
Hampir
90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang merupakan
persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal. Karena
jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi terdiri dari
mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai kedalaman 2900 Km
dari kerak Bumi). Silikat pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.
Berikut adalah Mineral Silikat:
1. Kuarsa: ( SiO2 )
2. Felspar Alkali: ( KAlSi3O8 )
3. Felspar Plagiklas: (Ca,Na)AlSi3O8)
4. Mika Muskovit: (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2
5. Mika Biotit: K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2
6. Amfibol: (Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH)
7. Pyroksen: (Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6
8. Olivin: (Mg,Fe)2SiO4
Nomor 1 sampai 4 adalah
mineral non-ferromagnesium dan 5 hingga 8 adalah mineral
ferromagnesium.
1.2
Mineral Ferromagnesium
Umumnya mempunyai warna
gelap atau hitam dan berat jenis yang besar.
Olivine:
dikenal karena warnanya yang “olive” Berat jenis berkisar antara 3.27 . 3.37,
tumbuh sebagai mineral yang mempunyai bidang belah yang kurang sempurna.
Augitit:
warnanya sangat gelap hijau hingga hitam. BD berkisar antara 3.2 . 3.4 dengan
bidang belah yang berpotongan hampir tegak lurus. Bidang belah ini sangat
penting untuk
membedakannya dengan
mineral hornblende.
Hornblende:
warnanya hijau hingga hitam; BD. 3.2 dan mempunyai bidang belah yang berpotongan
dengan sudut kira-kira 56° dan 124° yang sangat membantu dalam cara
mengenalnya.
Biotite:
adalah mineral ”mika” bentuknya pipih yang dengan mudah dapat dikelupas. Dalam
keadaan tebal, warnanya hijau tua hingga coklat-hitam; BD 2.8 . 3.2.
1.3
Mineral non Ferromagnesium
Muskovit:
Disebut mika putih karena warnanya yang terang, kuning muda, coklat , hijau
atau merah. BD. berkisar antara 2.8 . 3.1.
Felspar:
Merupakan mineral pembentuk batuan yang paling banyak . Namanya juga
mencerminkan bahwa mineral ini dijumpai hampir disetiap lapangan. “Feld” dalam
bahasa Jerman adalah lapangan (Field). Jumlahnya didalam kerak Bumi hampir 54
%. Nama-nama yang diberikan kepada felspar adalah .plagioklas. dan .orthoklas..
Plagioklas kemudian juga dapat dibagi dua, .albit. dan .anorthit.. Orthoklas
adalah yang mengandung Kalium, albit mengandung Natrium dan Anorthit mengandung
Kalsium.
Orthoklas:
mempunyai warna yang khas yakni putih abu-abu atau merah jambu. BD. 2.57.
Kuarsa:
Kadang disebut “silika”. Adalah satu-satunya mineral pembentuk batuan yang
terdiri dari persenyawaan silikon dan oksigen. Umumnya muncul dengan warna
seperti asap atau “smooky” disebut juga “smooky quartz” Kadang-kadang juga
dengan warna ungu atau merah-lembayung (violet). Nama kuarsa yang demikian
disebut “amethyst”, merah massip atau merah-muda, kuning hingga coklat. Warna
yang bermacam-macam ini disebabkan karena adanya unsur-unsur lain yang tidak
bersih.
1.4
Mineral Oksida
Terbentuk sebagai akibat
perseyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih
sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding
mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur
yang paling utama dalam oksida adalah besi, Chroom, mangan, timah dan
aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah “es” (H2O), korondum
(Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).
1.5
Mineral Sulfida
Merupakan mineral hasil
persenyawaan langsung antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang), seperti
besi, perak, tembaga, timbal, seng dan merkuri. Beberapa dari mineral sulfida
ini terdapat sebagai bahan yang mempunyai nilai ekonomis, atau bijih, seperti
“pirit” (FeS3), “chalcocite” (Cu2S), “galena” (PbS), dan “sphalerit” (ZnS).
1.6
Mineral-Mineral Karbonat dan Sulfat
Merupakan persenyawaan
dengan ion (CO3)2−, dan disebut “karbonat”, umpamanya persenyawaan dengan Ca
dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO3 dikenal sebagai mineral “kalsit”. Mineral
ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan sedimen.
2.
BERBAGAI JENIS MINERAL YANG UMUM DIJUMPAI SEBAGAI PENYUSUN BATUAN
2.1
Olivin
Olivine
adalah kelompok mineral silikat yang tersusun dari unsur besi (Fe) dan
magnesium (Mg). Mineral olivine berwarna hijau, dengan kilap gelas, terbentuk pada
temperatur yang tinggi. Mineral ini umumnya dijumpai pada batuan basalt dan
ultramafic. Batuan yang keseluruhan mineralnya terdiri dari mineral olivine
dikenal dengan batuan Dunite.
2.2
Amphibole/Hornblende
Amphibole
adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau kristal yang
menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi (Fe), Magnesium
(Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan Oksigen (O).
Hornblende tampak pada foto yang berwarna hijau tua kehitaman. Mineral ini
banyak dijumpai pada berbagai jenis batuan beku dan batuan metamorf.
2.3
Biotite
Semua
mineral mika berbentuk pipih, bentuk kristal berlembar menyerupai buku dan
merupakan bidang belahan (cleavage) dari mineral biotite. Mineral biotite
umumnya berwarna gelap, hitam atau coklat sedangkan muscovite berwarna terang,
abu-abu terang. Mineral mika mempunyai kekerasan yang lunak dan bisa digores
dengan kuku.
2.4
Plagioclase Felspar
Mineral
Plagioclase adalah anggota dari kelompok mineral feldspar. Mineral ini mengandung
unsur Calsium atau Natrium. Kristal feldspar berbentuk prismatik, umumnya
berwarna putih hingga abu-abu, kilap gelas. Plagioklas yang mengandung Natrium
dikenal dengan mineral Albite, sedangkan yang mengandung Ca disebut An-orthite.
2.5
Potassium Felspar (Orthoclase)
Potassium
feldspar adalah anggota dari mineral feldspar. Seperti halnya plagioclase
feldspar, potassium feldspars adalah mineral silicate yang mengandung unsur
Kalium dan bentuk kristalnya prismatik, umumnya berwarna merah daging hingga
putih.
2.6
Mica
Micas
adalah kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi yang
bervariasi, dari potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) ,
silicon (Si) dan air (H2O).
2.7
Quartz
Quartz
adalah satu dari mineral yang umum yang banyak dijumpai pada kerak bumi.
Mineral ini tersusun dari Silika dioksida (SiO2), berwarna putih, kilap kaca
dan belahan (cleavage) tidak teratur (uneven) concoidal.
2.8
Calcite
Mineral
Calcite tersusun dari calcium carbonate (CaCO3). Umumnya berwarna putih transparan
dan mudah digores dengan pisau. Kebanyakan dari binatang laut terbuat dari
calcite atau mineral yang berhubungan dengan ’lime’ dari batugamping.
C. KESIMPULAN
Geologi penting karena didalamnya mengungkap
jenis-jenis batuan, sifat mekanik, dan perkiraan pada struktur bawah tanah,
bentuk lapangan dan hidrologi juga proses endogen, eksogen yang dapat
berpengaruh terhadap konstruksi bangunan.
D. DAFTAR PUSTAKA
Endarto,
Danang.2005.PENGANTAR GEOLOGI DASAR..Surakarta:Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP)
Institut
Teknologi Bandung. 2006. Pedoman Praktikum Geologi Fisik. Bandung :
Labroratorium Geologi Dinamik.
Sapiie,
benyamin dkk.geologi fisik.bandung : penerbit ITB
0 komentar:
Posting Komentar